Assalamualaikum.
Saat membuat ilustrasi digital, banyak artis yang memulai dengan membuat blok-blok warna seperti gambar di sebelah kiri. Kemudian, mencoba untuk "blending" atau memadukan warna-warna tersebut agar terlihat lebih mirip dengan gambar di sebelah kanan.
Memang, ada lebih banyak langkah untuk membuat gambar di sebelah kanan daripada sekadar memadukan warna. Anda bisa mempelajari seluruh prosesnya secara mendetail dalam kursus online saya.
Dalam tutorial ini, kita hanya akan fokus pada teknik "blending" atau membuat transisi warna di Krita. Ada banyak sekali cara untuk melakukan ini. Saya akan mencoba membahas 12 teknik pencampuran warna yang saya ketahui dalam video ini. Mereka adalah:
Perlu anda ketahui bahwa setiap teknik "blending" di atas memiliki karakteristik unik yang mungkin cocok atau tidak cocok dengan gaya ilustrasi Anda. Untuk menghemat waktu, saya akan menunjukkan teknik ini pada sebuah persegi panjang, yang berisi warna magenta di sisi kiri dan biru muda di sisi kanan. Tantangannya adalah, bagaimana kita bisa membuat kedua warna tersebut terlihat menyambung di tengah. Tidak terpisah secara tajam seperti kondisi awalnya.
Teknik pertama adalah menggunakan "Gradient". Anda bisa menggunakan teknik ini jika transisi warnanya lurus sempurna atau melingkar sempurna. Untuk ini, Anda harus mengaktifkan "Gradient tool". Anda juga bisa menekan huruf G pada keyboard. Kemudian, pastikan warna foreground adalah warna pertama yang ingin kita gunakan. Dan warna background adalah warna kedua. Juga, pastikan preset gradient yang aktif adalah "Foreground to Background". Sebagai langkah tambahan, yang juga bermanfaat untuk metode lainnya, kita perlu mengaktifkan tombol "Preserve Alpha". Ini agar semua yang kita buat selalu dibatasi pada area gambar yang sudah ada sebelumnya.
Sekarang, kita bisa melakukan click-drag dari kiri ke kanan sambil menahan Shift untuk membuatnya lurus.
Teknik kedua adalah menggunakan brush preset "Blender blur". Jadi, pastikan Anda mengaktifkan "Freehand brush tool".
Untuk menggunakan preset ini, Anda harus menyesuaikan ukuran kuas, tergantung pada seberapa besar area yang ingin Anda haluskan. Kita bisa memperbesar ukuran kuas dengan menahan Shift, lalu klik-seret mouse ke kanan. Setelah kita mendapatkan ukuran yang tepat, buatlah sapuan pada area batas warna yang ingin kita padukan atau "blend". Ini adalah teknik termudah untuk menciptakan transisi warna yang mulus.
Pada dasarnya, kita menggunakan brush preset yang bernama "Blender texture soft". Jika Anda perhatikan, gambar thumbnail brush preset ini memiliki icon kecil berbentuk tetesan air, mirip dengan preset "Blender blur" yang sudah dijelaskan sebelumnya. Icon tetesan air ini menandakan bahwa preset brush ini memiliki fitur untuk "blending" atau mencampur warna pada kanvas.
Jika kita menekan drawing pen dengan keras dan menyeret piksel dari area magenta ke biru, Krita akan menutupi warna biru dengan magenta. Hal sebaliknya juga berlaku, warna biru akan menutupi warna magenta. Intinya adalah brush preset ini akan memanfaatkan warna yang ada di kanvas, pada titik di mana kita melakukan klik pertama.
Agar warna bisa tercampur, Anda perlu mengurangi tekanan drawing pen. Anda akan melihat warna transisi baru muncul di bagian tengah. Anda juga bisa melihat, bahwa hasil transisi warnanya lebih acak daripada teknik sebelumnya. Oleh karena itu, teknik ini lebih cocok jika Anda ingin menghasilkan efek sapuan kuas yang lebih alami.
Teknik berikutnya, adalah menggunakan brush preset yang bernama "Airbrush". Ini adalah preset yang sangat populer, jadi, mungkin saya tidak perlu menjelaskannya terlalu rinci. Pada dasarnya, preset ini memiliki brush tip yang melingkar, yang pekat di bagian tengahnya, dan transparan pada area luarnya. Jadi kita bisa menggunakannya untuk mensimulasikan transisi yang halus, seperti yang bisa kita dapatkan dari Gradient tool atau preset brush Blender Blur.
Banyak artis yang tidak menyukai transisi warna yang terlalu mulus seperti ini. Tapi saya pribadi menyukainya, jadi saya sering menggunakan teknik "Airbrush" ini.
Teknik berikutnya adalah teknik yang banyak sekali digunakan oleh orang. Pada dasarnya, Anda harus menciptakan transisi warna secara manual dengan menerapkan beberapa sapuan kuas dengan tingkat "opacity" yang rendah. Jadi, untuk menggunakan teknik ini, Anda harus menggunakan preset kuas yang tingkat "opacity"-nya dikontrol oleh tekanan pena. Contohnya dengan menggunakan preset kuas berikut ini.
Ya memang teknik ini memakan lebih banyak waktu dan energi. Tetapi ia bisa menciptakan transisi warna yang lebih acak atau bervariasi.
Teknik berikutnya pada dasarnya adalah teknik yang sama seperti teknik sebelumnya. Perbedaannya yaitu, alih-alih menggunakan ujung kuas bundar yang generik, kita menggunakan ujung kuas yang sifatnya lebih mendekati kuas sungguhan. Contohnya, kita menggunakan brush preset yang beranam "bristles 4 glaze".
Anda bebas menggunakan brush preset yang lain, selama tingkat "opacity"-nya dikontrol oleh tekanan drawing pen. Sekali lagi, teknik sapuan kuas mirip dengan teknik sebelumnya. Jadi, kita perlu menerapkan sapuan dengan tekanan pena yang ringan. Kita bisa "sample" warna yang muncul di tengah dengan menahan Ctrl dan kemudian klik di area terebut. Dan lanjutkan menerapkan sapuan kuas lagi secara bertahap.
Teknik berikutnya lebih cocok bagi Anda yang menyukai gaya "hard brush". Yang saya maksudkan dengan "hard brush" adalah jenis brush preset yang tingkat "opacity"-nya selalu di nilai maksimal atau 100%. Salah satu contohnya adalah brush preset "Basic 5 Size" ini.
Karena brush preset ini tidak memiliki variasi dalam tingkat "opacity"-nya, tentu saja, Anda tidak dapat mencampur warna dengan mengurangi tekanan pena. Untuk menghasilkan warna campuran antara warna-warna yang ada, kita bisa memanfaatkan tool "Color Sampler". Secara default, nilai "Blend" dari tool Color Sampler adalah 100%. Ini berarti bahwa warna yang saat ini kita pilih atau sampel akan sepenuhnya menggantikan warna yang sebelumnya aktif. Jika kita mengubahnya menjadi 50%. Yang akan terjadi adalah warna yang kita sample akan tercampur 50% dengan warna yang sebelumnya aktif.
Jadi, misalnya kita memiliki warna magenta yang aktif. Jika kita klik untuk sample warna biru, sekarang warna yang aktif tidak benar-benar biru, tetapi lebih ke ungu. Hal ini didasarkan pada 50% biru, dan 50% magenta sebagai warna yang sebelumnya aktif.
Sekarang, setelah kita memiliki warna campurannya, kita bisa menerapkannya di area tengah. Anda perlu ingat bahwa pengaturan "Color Sampler" tool ini juga mempengaruhi proses sampling warna ketika kita menggunakan brush tool. Jadi, saat menggunakan brush tool, kita dapat menahan Ctrl dan klik pada sebuah warna untuk mencampurkannya dengan warna yang sedang aktif.
Jika kita ingin memilih warna yang asli. Artinya, tanpa pencampuran warna apa pun. Kita bisa saja mengubah pengaturan "Blend" kembali ke 100%. Tetapi, tentunya itu akan merepotkan. Yang biasa saya lakukan dalam kondisi ini adalah menahan tombol Ctrl, kemudian klik dan tahan, lalu putar-putar kursor mouse, sampai warna yang aktif berubah menjadi warna yang kita inginkan.
Seperti yang bisa Anda lihat, teknik "hard brush" ini memiliki karakteristik yang unik. Sebelum melanjutkan, jangan lupa untuk mengembalikan pengaturan "Blend" pada "Color Sampler" tool ke kondisi default, yaitu 100%.
Teknik berikutnya adalah menggunakan "splatter brush", atau dengan kata lain, brush preset yang memuntahkan gambar tekstur secara acak. Salah satu contoh jenis brush ini adalah preset yang bernama "Texture big". Biasanya, Krita menambahkan icon kecil yang terlihat seperti pola catur di sudut thumbnail jenis brush ini.
Karena brush preset ini menggunakan tekanan pena untuk mengontrol "opacity"-nya, kita perlu menerapkannya ke kanvas dengan menggunakan metode yang sama seperti teknik "Brush opacity" sebelumnya. Jadi, Anda jangan menekan penanya terlalu keras. Anda bisa melihat, bahwa transisi warna yang dihasilkan terlihat seperti asap atau kotoran debu pada permukaan dinding.
Teknik berikutnya pada dasarnya sama dengan teknik sebelumnya, atau sama dengan teknik brush opacity sebelumnya. Hanya saja, kita menggunakan brush preset yang berbeda, yaitu "Water C special splats". Sebenarnya, masih banyak brush preset lain yang bisa Anda manfaatkan. Saya hanya menunjukkan 2 di antaranya di tutorial ini, sebagai gambaran umum kemampuan Krita. Semoga contoh-contoh ini mendorong Anda untuk mencoba atau bereksperimen sendiri dengan brush preset yang lain.
Seperti yang bisa Anda lihat, transisi warna ang dihasilkan lebih mirip permukaan logam yang berkarat.
Teknik berikutnya adalah menggunakan "wet brush". Istilah "wet brush" pada dasarnya adalah brush preset yang memiliki fitur pencampuran warna dengan warna yang sudah ada di kanvas. Biasanya, Krita memberikan warna keunguan pada gambar "thumbnail"-nya. Dan mereka juga memiliki icon tetesan air, mirip dengan blender brush presets.
Sampai di sini, Anda mungkin bertanya-tanya. Jadi, apa perbedaan antara preset "wet brush" dan "blender blur"? Perbedaannya yaitu, preset "blender blur" tidak dapat mengandung warna. Preset ini hanya bisa mencampur warna yang sudah ada pada kanvas tanpa menambahkan warna yang baru. Jadi, warna apa pun yang sedang aktif di foreground color, tidak ada pengaruhnya jika Anda menggunakan preset kuas "blender blur". Berbeda dengan preset "wet brush". Preset ini akan tetap menerapkan warna foreground sambil mencampurnya dengan warna yang ada di kanvas.
Anda bisa melihat, bahwa teknik ini juga menghasilkan karakteristik tarikan kuas yang unik.
Teknik berikutnya, juga menggunakan jenis "wet brush". Akan tetapi dengan brush tip yang lebih natural, atau yang sifatnya lebih mirip kuas di dunia nyata.
Cara menggunakannya juga sama seperti sebelumnya. Gunakan tekanan pena yang ringan saja saat menerapkan sapuan kuas. Karena kalau kita menekan penanya terlalu keras, justru akan menimpa warna sebelumnya. Jika Anda perhatikan, karena karakteristik ujung kuasnya, transisi warna lebih terlihat seperti lukisan tangan.
Teknik terakhir adalah menggunakan "Pattern brush". Krita menyediakan beberapa "pattern brush preset". Salah satunya adalah brush "Halftone" atau "Screentone" ini. Krita biasanya menaruh icon kecil yang terlihat seperti pola titik-titik di sudut "thumbnail"-nya.
Tidak seperti "Splatter brush" yang menggunakan gambar tekstur pada brush tip. Pattern brush menggunakan fitur "Pattern". Untuk memahami hal ini dengan lebih baik, jika Anda membuka brush editor. Preset "Pattern brush" menggunakan parameter "Pattern" di bawah ini. Krita menyediakan banyak sekali "pattern" bawaan. Dan Anda juga dapat membuat "pattern" Anda sendiri jika Anda mau.
Jika Anda tertarik, saya membahas hal ini secara rinci di kursus online Krita saya di tingkat "advanced" atau mahir.
Untuk menerapkan brush ini ke kanvas, jika kita menekan pena dengan kuat, area pola akan meluas. Tetapi, jika kita menekannya secara ringan, area pola akan menyusut.
Jika Anda merasa bahwa skala "pattern"-nya terlalu kecil atau terlalu besar, Anda dapat mengaturnya dengan cara klik tombol panah kecil ini. Kemudian, ubah saja parameter "Pattern scale" ini. Jika kita geser ke kanan, maka skala "pattern" akan semakin besar. Sedangkan jika kita menggesernya ke kiri, maka skala "pattern" akan semakin kecil.
Teknik ini bisa Anda gunakan untuk memberikan efek shading seperti komik jepang atau manga. Silakan Anda bereksperimen dengan "pattern" lain yang disediakan oleh Krita jika Anda mau.
Jadi, utulah penjelasan 12 teknik "blending" warna yang bisa kita lakukan di Krita. Masing-masing menghasilkan gaya transisi warna yang unik atau berbeda.
Jika Anda serius ingin belajar Krita dari tingkat dasar, menengah, hingga mahir, Anda bisa gergabung dengan paket kursus Krita kami di sini. Kami juga menyediakan kursus lain seputar "computer graphics" berbahasa Inggris di website kami Expose Academy dan juga yang berbahasa Indonesia di Edutalenta.
Semoga tutorial ini dapat bermanfaat. Wassalamu'alaikum.
Hormat kami,
Widhi Muttaqien
Subscribe now.
Daftar ke newsletter kami dan terus dapatkan informasi penting terbaru terkait Bisnis, Teknologi, dan Kreativitas.
Jl. Tytyan Indah Blok W4 No. 12A
RT 004 / RW 012, Kota Bekasi
Jawa Barat, Indonesia, 17133.
Copyright of © Edutalenta (PT Expose Edukasi Talenta)